Rabu, 03 September 2014

Tuan Domba Jantan : Rindu Di Siang Terik Dengan Gerimis Tipis

Selamat siang, Tuan Domba Jantan yang Saya Cinta.

Dari tempat yang jauh siang terik dengan gerimis tipis ini saya ingin menyampaikan tentang kerinduan saya padamu, merindukan melihatmu, diam-diam seperti apa-apa yang sudah setahun ini saya lakukan. Mendatangimu di kota sebelah tempat saya tinggal. Bermacet-macet hanya untuk melihatmu sebentar tanpa menyapa, mencari-cari keberadaan kamu, yang sangat jarang bisa saya temui, kota itu terlampau luas untuk kemampuan ingatan saya menghapal jalan yang terbatas. Dan juga keterbatasan informasi tentangmu dan keberadaanmu. Jadi saya akan terus menerus melihat linikala untuk mengetahui kamu di mana, mencari tempat itu dengan segala keterbatasan penguasaan saya pada ibukota, lucu.

Dari tempat yang jauh ini, baru saja saya meneriaki namamu ke luas lautan, tapi tetap berharap kamu tidak mendengarnya. Sudah pasti saya akan salah tingkah setengah mati jika sampai kamu mengetahui perasaan aneh ini.


Beberapa waktu lalu hampir setiap malam saya menunggu kamu menyapa, iya, waktumu selalu larut, karena siang pun saya habiskan untuk bekerja di sini. Tapi jika kamu mengajak saya bicara, segala waktu seakan memang sudah harusnya tersedia. Saya seperti memiliki kewajiban untuk hati saya menyediakan waktu untuk memuaskannya, bertukar-tambah denganmu.


Tuan Domba jantan, nona kalajengking ini sangat merindukanmu dengan sungguh. Sudah lama aku tidak merapal nama seseorang lelaki lain selain ayah dan orang yang sangat menyakiti saya. Sekarang ada rapalan nama baru dalam doa, namamu. Nama yang setiap saya menyebutnya membuat dada saya bergejolak, membuat jiwa saya jatuh pada sesuatu yang nyaman tanpa tahu dari mana asalnya. Perasaan ini terjaga baik. Bahkan saat kamu belum tersentuh.

Beberapa malam saya sedikit cemburu. Namun kembali saya tahu akan keterbatasan saya, kita, ah mungkin ya hanya saya. Saya cemburu pada perempuan yang menemanimu beberapa waktu. Juga pada perempuan yang Kamu jadikan puisi. Tapi segala itu tidak pernah bisa membuat saya peduli untuk menjauhi apa yang tidak saya jangkau. Saya tetap mencintaimu sungguh-sungguh.

Kamu seseorang yang bisa membuang luka lama yang teramat jauh. Luka yang tidak tahu bagaimana hitamnya. Saya tidak paham kekuatan apa yang membawa saya tenggelam ke palung jauh, dasar mencintaimu. Saya tidak paham seberapa besar ombak menyeret saya dan menguasai saya dalam segalamu. Saya tidak paham bagaimana semua saya basah akan segala yang saya inginkan. Saya ingin mencintaimu. Entah berbalas atau tidak. Karena jatuh cinta bukan perkara tuntas. Cinta adalah sesuatu yang tidak selesai, seperti saya pada kamu. Ya, saya tidak pernah selesai. Tidak mau usai.


Tuan Domba Jantan, apa semalam kamu tidur cepat? Apa mimpimu. Tadi malam saya tidur tanpa mimpi apapun, padahal saya berharap bermimpi kamu. Bisa melihat dua bongkah telur bulat di pipi lucumu, senyummu, segalamu. Karena saat ini saya sedang berada di tempat yang jauh dan sedang kesulitan untuk menuntaskan rindu yang tak tuntas tadi padamu.

Nanti, saat saya pulang. Izinkan saya berlama-lama gugup di hadapanmu, ya. Izinkan saya duduk dengan berganti-ganti posisi setiap detiknya, izinkan tangan-tangan saya basah, izinkan pipi saya memerah, izinkan mata saya menatap malu-malu. Izinkan saya, menyimpan rasa dengan berhadapan dengan kamu yang saya cinta.

Di siang terik yang gerimis ini, saya berdoa untuk bisa terus menjatuhkan diri saya dengan baik pada cintamu yang rahasia.


Tertanda: Nona kalajengking yang berdiam diri di Pluto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar