Selasa, 29 Juli 2014

Pikir Sendiri Judulnya

Mungkin kau tidak berpikir sebelum mulai menamparku. Aku bisa saja membalasmu, tapi aku diam. Bukan tidak bisa atau tidak mau, apalagi tidak tega. Dalam kamus hidupku hampir tidak ada kata tidak tega untuk berlaku buruk. Aku bukan seseorang yang berprilaku baik-baik amat, atau si pintar ngomong yang suka ngobral omongan yang sok benar. Hanya aku memilih diam, menyimpan dendamku dalam-dalam dan menghajarmu ribuan kali lipat dari tamparan ini. Tapi mungkin bisa jadi aku akan menjadi pemaaf yang baik, dan itu sangat jarang.

Harusnya kau berpikir sebelum mencari gara-gara dengan seorang pendendam yang baik sepertiku, tapi aku rasa otakmu terlalu tumpul. Kau pun pintar berpura-pura setelah segala kesalahanmu. Bodohnya kau kepura-puraanmu terlalu tipis untuk menutupinya dari mataku. Bedanya kita aku seseorang yang tidak bisa berpura-pura manis untuk membenci. Saat benci aku benci.

Sekarang perasaanku gamang, bukan memikirkanmu. Tapi memikirkan diriku. Aku tidak suka sakit hati. Aku lebih senang melihat kau yang sakit, dengan kepala pecah atau usus memburai. Atau jika aku bisa membunuhmu, akan aku sumpal mulutmu dengan rambut-rambut di kepala dan kemaluanmu, sampai kau mati kehabisan nafas dengan mata melotot.

Kenapa?

Karena agar kau tahu bagaimana sesak dadaku malam ini menahan marah dan mengumpati semua manusia di depanku. Agar kau tahu rasanya kehilangan nafas di udara bebas. Agar kau paham bagaimana geram gertak grahamku menahan ringam.

Aku tidak suka dibuat marah. Aku tidak suka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar