Sabtu, 26 Juli 2014

Parah

Akui saja, kalau mulutmu sendiri tidak bisa menjaga rahasiamu. Akui saja kalau kau tidak lagi bisa berahasia apa-apa dariku. Seperti aku dengan mulut diamku tapi justru mata yang mulai jalang menceritakan rahasia-rahasia hatiku yang jatuh cinta setiap hari padamu.

Aku menyusun rapi bait-bait yang anggaplah ini puisi atau surat-surat murahan yang sering kamu temu masa sekolah dulu. Bukan, ini bukan surat cinta. Ini sesuatu.

Semacam aku sering salah tingkah saat memikirkanmu. Mengangkat telponmu pun masih sering aku berdandan dulu.

Semacam aku bingung, tanganku terus mau menoreh entah apa-apa. Semacam aku ingin mengirimkan begitu banyak pesan. Aku ingin terus kau baca, aku ingin terus kau baca.

Semacam ingin menampar-namparmu setiap waktu. Aku rindu! Ingat aku!

Semacam aku tidak lagi bisa menguasai kewarasanku. Semacam kau begitu menyebalkan, semacam siang ini terlalu penuh rindu. Atau rindu selalu tidak kenal waktu saat berkaitan denganmu.

aku ingin jadi pakaian yang nanti kau pakai setiap hari. Aku ingin menjadi kulit yang menutupi setiap jengkalmu, aku ingin menjadi sesuatu yang entah apapun. Aku kacau lagi. Aku menulis sesuatu yang tak tentu lagi. Aku merindukanmu. Parah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar