Rabu, 23 Oktober 2013

Tidak Ada Judul Untuk Ini

  Aku begitu tersipu, dalam semua doa hati ini tersenyum malu-malu, Tuan. Aku ingin menyapamu. Dengar? Kau dengar sapaan ku? Tadi dalam sujud itu aku menyapamu, pada Tuhanku, aku mengadu betapa hati ini tak boleh menyebut kata rindu. Aku menyapamu lewat tulisan kalbu, aksara yang kau pikir debu. Tak terlihat di matamu aku menahan amarah yang begitu besar. Sangat besar luar biasa besar pada jarak yang membelenggu. Tak tahan ingin aku berteriak rindu, tak bisa. Hati menahan, tak perlu ucapkan kata itu untuk kau tau. Cukup rasakan bagaimana bahu ini mencoba bersandar, bagaimana tulang-tulang ini menunggu gemetar, mencari kepastian cerita aku dan kau. Ntah dimana ,jalan-jalan yang tertapak dulu. Aku melewatinya tapi semua tak tampak sama?. Mengapa tanpamu dunia rasanya berbeda?. Ada apa dengan mata ku?. Ada apa dengan aku. Aku menunggu di tempat yang ku sebut pojok sepi, disana ku lukis wajahmu dengan tinta yang ku campur air mata hati, siapapun tak mau melihatnya. Lukisan itu terlalu hadirkan duka. Bagaimana setiap hari ku aduk kopi untukmu dan ku sedu sendiri, seakan kau yang menghabiskan seperti dulu, bagaimana untuk menjaga semua mawar yang kau beri dan dirimu pergi saat ini tak disisi, menuntut ilmu menambah isi.
 Kau tau bagaimana aku menahan untuk tidak menangis saat kau menelpon ku setiap bagun pagi atau tidur malam hari?. Bagaimana aku buang semua bantal dan kasur dari kamar ini?. Ruang batu kosong, hampa.
  Tak ada kau tak ada aku. Seperti itu yang ku rasa, ntah naif atau terlalu jatuh cinta. Aku selalu berduka saat kau tak ada, hari dan senyum ku seperti nya tercipta hanya untuk menyambut bahu dan tubuh mu yang ku cinta, Aku tak bisa
 berkata. Aku diam-diam cerita pada temanku, malam. Asap kopi dan rokok beradu satu dalam paru-paru si gadis yang menangis bisu, menatap televisi tanpa suara. Mulut saja yang bergerak tak terdengar apapun, seakan semua kata ikut tertelan dalam kesedihan yang melandaku. Aku rapuh sangat luar biasa rapuh!
 Cita-cita kita yang terlalu tinggi membuat kita saat ini harus saling sendiri, tuhan amini hubungan kami, (Ku mohon).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar