Jumat, 25 Oktober 2013

Menunggu

 Sebut saja dia gadis tanpa nama, karena sampai hari ini aku memang tidak pernah tau siapa namanya.
 Aku selalu bertemu dia di taman dekat sekolah, entah dia bersekolah di sekolah yang sama denganku, entah dari sekolah lain disekitar sini. Dia selalu terlihat mengunakan rok abu-abu dengan atasan yang terbalut jaket. Sampai hari ini aku tidak pernah tau siapa namanya, dan apa yang membuatnya menunggu ditaman itu. Yang aku tau wajahnya cukup manis, hanya dia tak pernah tersenyum sekalipun pada apapun yang melintas di hadapannya, seakan waktu berputar diantara peraduan otaknya. Dia hanya duduk berjam-jam, makan sesuatu dari kotak yang dia bawa, menyuap pelan. Terkadang mengerikan, tp sering buat aku penasaran. Dengan dia yang demikian. Sering kali aku ingin menyapa untuk sekedar bertukar nama. Tapi tidak, dia benar-benar seperti tidak perduli akan sekitar. Sibuk dengan entah apa didalam ingatan.
 Aku sempat berpikir dia ini gadis patah hati yang sedang menikmati sakit seakan cerita FTV remaja, tapi adakala nya aku pun dapat merasakan "larut" dalam pikirannya. Kenangan! Mungkin itu yang sedang ia nikmati, awalnya aku kira hanya beberapa hari dia begini. Tapi setelah aku sadari. Dia cukup serius bermain ingatan, hampir 1 bulan dia duduk disini, pulang, pergi dan datang kemari lagi.
 Entah bodoh atau apa, rasa penasaran ku membuat aku mengikutinya. Duduk disalah satu kursi taman itu, tidak dekat. Tapi cukup untuk melihat apa yang dikerjakannya. Ah..wajahnya datar, tapi jelas ada kesedihan yang dalam, tapi sering kali juga kudapati dia tersenyum tanpa beban. semakin membuatku berkelebat dengan tanda tanya, ada apa dengannya.

 Hari ini di jam yang sama, pukul 15.00 wib. Sepulang sekolah ku dapati lagi gadis itu duduk manis di kursi-kursi taman. Sore ini langit mendung, tampak akan turun hujan. Tapi aku tau dia tidak akan pergi meninggalkan tempat ini sebelum senja hilang. Ya.. dia memang tidak akan kebasahan, kursi-kursi taman ini memiliki atap. Bisa dikatakan mirip dengan halte pemberhentian, iya benar.. Pemberhentian kenangan untuk gadis tanpa nama.
 Aku ragu antara memilih pergi atau tetap ikut menunggu dengannya, ikut larut dalam entah apa antara kami. Akhirnya aku memilih tetap disini, bermain dengan ketidak jelasan penantian. Setengah jam dari aku ikut menunggu, hujan benar turun. Sedikit membasahiku. Tapi ada rasa yang aneh juga dalam diri, apa mungkin aku sudah benar-benar terbawa melodi. Aku teringat beberapa kenangan, dan kembali ku buang. Aku sedikit tau, salah satu yang membuatnya betah disini adalah memori yang terputar lagi.
Hari ini perjuanganku sedikit membuahkan hasil, gadis tanpa nama menoleh ke arahku. Kali ini dia seakan tau, aku duduk disini ini mencari tau. Jelas, aku ikut menunggu hujan dan tak pergi tadi saat mendung datang.
 Dia melihatku, tidak aneh. Itu anehnya kenapa dia tidak merasa aneh melihat orang duduk di taman berhari-hari, berjam-jam. Sedangkan buatku dia aneh. Aku bingung, antara ingin mulai pembicaraan atau tetap diam, sampai kapan?. Akhirnya aku mencoba, melambaikan tangan untuknya "hai.. Kamu. Boleh aku duduk disitu? Atap tempatku bocor. Aku sedikit kebasahan" kataku jujur. Dia membalas dengan gerakan tangan seperti memanggilku kesana, kata-kata ku memang jujur, tapi sedikit bodoh. Jika menunggu dibawah atap kursi aku kebasahan, menyebrang tempatnya pun demikian. Semoga dia tidak sadar.
 Aku berlari, mendatangi gadis itu. Sesampai disana aku langsung mengusap-usap tubuhku. Sedikit dingin!. "Hai aku Ruuni" ku ulurkan tanganku, dia mengulurkan tangannya sebagai jawaban sambil tersenyum. "Sedang apa menunggu apa" katanya lagi. Demi tuhan apa dia tak sadar pertanyaan itu lebih pantas jika ku todong padanya. Aku harus jawab apa. Aku tak tau apa yang harus kukatakan

. " Enggak..cuma suka duduk disini " kataku tanpa berpikir.

" Kamu sendiri? "

" Menunggu "

 Hanya itu yang terucapnya. Aku ingin bertanya lebih tapi takut menganggunya yang sedang sibuk dengan menunggu yang tak ku tau. Aku memilih diam dan tersenyum, tanpa menlanjutkan pembicaraan. Dalam hati sekantong tanya merekah lagi, apa yang ia tunggu?.
 Pukul 16.30 wib sudah 1 jam aku duduk bersebelahan dengan gadis tanpa nama. Dengan pembicaraan yang terhenti 60 menit lalu juga, seadaanya. Aku memulai lagi,

" Kamu sekolah disini juga? "

" Enggak... aku sekolah ditempat lain "

" Aku sering lihat kamu kemari, menunggu apa? "

"Sudah lama ya? Kamu mau tanya itu hahahaha"

Dia ternyata tidak semengerikan dugaanku, dia bisa tertawa. Membuat aku sedikit tenang dan ikut tertawa juga. Sampai akhirnya dia melanjutkan kata-katanya.

" Aku menunggu, hanya menunggu. Hujan datang, senja hilang, mengabadikan kenangan, mengulang, setelah gelap aku pulang. Suatu hari dia datang dan aku masih menunggu, aku menunggu. Dulu dia memangku ku disini, mungkin dia lupa aku gadis yang sama. Jadi aku disini sebagai pengingatnya, aku masih mau makan di taman, aku tidak suka tidur siang dengan segala kebosanan "

" Dia? " Tanyaku dalam hati, belum sempat aku menanyakannya dia sudah dulu bicara.

" Aku pulang dulu, sampai bertemu besok lagi "

" Iya, hati-hati. Aku juga kembali "

 Pembicaraanku terpotong disana, Sudah waktunya kami pulang, dalam perjalanan aku terdiam panjang, pertanyaan yang mengantung sama seperti jawabann. Sekantong tanya  tak sempatku keluarkan. Mungkin lain waktu, setelah kami lebih akrab. Tentu!


•Senja hilang, aku kembali pulang
•Petang datang, aku kembali hilang
•Aku ini apa sayang?
•Alang-alang tanpa bayang, Kesepian menggerayang.

              •BERSAMBUNG•


Tidak ada komentar:

Posting Komentar